Welcome and Enjoy

Minggu, 27 Maret 2011

The Story of Converse Shoes




Pada usia 30 tahun, Marquis M. Converse, seorang manajer yang dihormati di sebuah pabrik sepatu, membuka perusahaan sepatu bernama Converse Rubber Shoe Company di Malden, Massachusetts, Amerika Serikat, pada 1908. Converse adalah perusahaan manufaktur sepatu karet yang menyediakan sol sepatu karet untuk pria, wanita, dan anak-anak.


Pada 1910, Converse memproduksi 4.000 pasang sepatu per hari. Namun, hal itu tak berlanjut ketika perusahaan membuat sepatu tenis pada 1915. Sejarah perusahaan mencapai titik perubahan pada 1917 ketika memperkenalkan sepatu basket Converse All-Star. Ini adalah inovasi baru pada saat itu.




Lalu pada tahun 1921, seorang pemain basket bernama Charles H. "Chuck" Taylor mengeluh ke Converse mengeluh karena sakit kaki yang disebabkan sepatu itu. dan lalu Converse memberinya pekerjaan kepada Charles sebagai salesman dan duta perusahaan tersebut. Sepatu olahraga pertama yang diperoduksi Converse adalah sepatu atletik. Sepertinya membuat sepatu atletik bukanlah keputusan yang tepat. Awal era 1900-an memang bukan tahun kejayaan olahraga atletik.



Melihat perkembangan olahraga lain, yaitu bola basket, Converse corporation pun memberanikan diri memproduksi sepatu basket. Sekitar sembilan tahun setelah perusahaan tersebut berdiri, Converse memproduksi sepatu basket yang pertama.


Sepatu basket pertama itu hanya berupa sol karet dan berbahan kanvas. Tidak ada teknologi canggih untuk melindungi engkel pemain seperti yang ada di sepatu basket saat ini. Awalnya, Converse corporation sedikit kesusahan dalam memasarkan produknya.

Tetapi, berkat bekerja sama dengan Chuck Taylor, pemain basket SMA saat itu, produk tersebut menjadi salah satu sepatu basket paling digemari. Tugas Taylor tidaklah mudah. Dia harus menularkan ilmu bermain basketnya dalam sebuah klinik basket sambil memasarkan sepatu. Karena kemahiran tersebut, Taylor berhasil memimpin tim basket dari North Carolina State University.

Saat ditawari kerja sama, Taylor tidak menerima begitu saja. Sebagai businessman yang andal, Taylor menawarkan beberapa modifikasi sepatu buatannya. Dia ingin nama Chuck Taylor tertera di bagian logo sepatu itu.

Akhirnya, setelah dua tahun bekerja sama, nama Chuck Taylor resmi menjadi bagian simbol sepatu Converse. Taylor terbukti menjadi salah seorang salesman yang andal di antara salesman lain di Converse corporation.

Saat memasarkan sepatu itu, Taylor selalu mengendarai mobil dengan bagasi penuh sepatu. Tidak hanya menularkan ilmu bermain basket, Taylor mendekati pelatih dan pemain-pemainnya untuk membeli sepatu basket buatan Converse. Meskipun berhasil menjual lebih dari 600 pasang sepatu, dia tidak besar kepala.dan mempromosikan sepatu di seluruh Amerika Serikat. Ia bekerja di perusahan Converse hingga ajal menjemputnya di tahun 1969.





Kita kembali lagi kepada  Sejarah Sepatu Converse itu sendiri. Perjalanan Converse hingga menjadi most wanted shoes juga mempunyai sejarah yang panjang. Mari kita flashback bagaimana sneakers eksis seperti sekarang ini.

1800
Pertama kali muncul, nama dari sepatu jenis ini bukanlah sneakers, melainkan sepatu karet yang bernama Plimsolls. Pada masa ini Plimsolls adalah sepatu yang didesain untuk beach wear.



1892
Sebuah perusahaan sepatu karet, Goodyear, menciptakan suatu proses pembuatan sepatu baru dengan mencampur bahan dasar karet dengan kanvas. Hasilnya sepatu bermerk Keds muncul di pasaran.

1908
Converse ikut meramaikan bisnis footwear. Perusahaan milik Marquis M.Converse ini langsung menjadi booming dengan kemunculannya pada banyak pertandingan basket di luar sana. Tak mengherankan sneakers dari Converse lalu menjadi American Icon.

1920
Adi Dassler, pemilik bisnis sportswear dari Jerman tak lama kemudian membuat training shoes buatan tangan. Perusahaan itu kemudian terkenal dengan nama Adidas.

1923
Converse All Star menjadi raja dalam dunia sneakers setelah pemain basket Chuck Taylor memilih sepatu itu untuknya bertanding. Dengan sedikit re-style dan promosi ke berbagai sekolah dan kampus-kampus, Chuck Taylor All Star menjadi must-have shoes untuk hampir semua pemain basket, remaja, hingga cultural rebels selama lebih dari 50 tahun. Sepatu ini juga mempunyai nicknames yang bermacam-macam dari Chucks, Cons, dan Connies. Percaya atau tidak, Chuck Taylor All Star adalah sepatu paling terkenal dalam sejarah, telah terjual sebanyak 744 juta di 144 negara.

1948
Rudolf Dassler membuat Puma Schuhfabrik. Dunia pun dikenalkan dengan Puma Atom Shoe yang saat itu dikenakan tim jerman barat dalam pertandingan sepakbola intenasional yang diadakan untuk pertama kalinya.

1950
Sneakers menjadi lambang dari rebellion (jiwa pemberontak) dan menjadi sepatu favorit para remaja saat ini. Hampir semua pelajar memakai sepatu jenis sneakers, mungkin selain gaya, sepatu ini juga gamapang dibeli karena dijual denga harga yang tidak menguras dompet. Di Amerika, contohnya, para pemandu sorak akan memakai sweater, rok mini, dan kaos kaki lengkap dengan sneakers kanvas keluaran Keds. Sneakers pertama menjadi fashion statement saat James Dean memakainya dengan Levi’s Jeans dalam set film “Rebel without a Cause”.

1962
Phil Knight, atlet lari dari University of Portland, dan pelatihnya, Bill Bowerman, menciptakan sepatu atletik dengan biaya murah dan teknologi tinggi bernama Blue Ribbon Sports. Tahun 1968, nama BRS berubah menjadi Nike, yang sampai saat ini juga telah menjadi salah satu merk sneakers nomor satu di dunia. Nike diambil dari nama dewa kemenangan di Yunani.

1982
Nike merilis sepatu The Air Force One (AF1) dengan dua versi, low-mid dan high-top. Dengan desain yang sederhana tapi berkelas, sepatu ini bertahan menjadi favorit selama dua dekade lebih. Tetap saja, juaranya adalah all-white AF1. Pada 1985 pemain basket Chicago Bulls, Michael Jordan, menjadi pemain yang diendorse oleh Nike. The result? Semua pasti tahu sepatu Nike bertajuk Air Jordan yang fenomenal itu.

1990 - hari ini 
Pada tahun-tahun ini Sneakers semakin digandrungi semua orang di belahan dunia. Celebrity endorsement semakin marak, dan bermunculan sneakers limited edition yang diburu para kolektor dan pecinta sepatu ini. Contohnya saja Nike yang kembali mengeluarkan Air Jordan edisi retro dan terus mengembangkan berbagai sneakers seperti Nike Air Max, Air Cross Trainers, dan Nike Shox yang fenomenal. Nike bahkan menciptakan Bauer Nike Hockey, sepatu berkualitas tinggi khusus bagi para pemain olahraga hoki. Sayangnya Desember 1999, salah satu penemu Nike, Bill Bowerman, meninggal dunia.

Pada masa ini, Converse kembali mempresentasikan seri Chuck Taylor dan Jack Purcell yang terkenal di kalangan pecinta old-fashion. Kalangan selebritis Hollywood seperti musisi, rapper, dan movie stars juga turut andil menjadikan sepasang sepatu sneakers sebuah budaya yang bertahan hingga sekarang.